


Europe on Screen 2025: Celebrating 25 Years of Cinematic Exchange
Indonesia’s Longest-Running Foreign Film Festival Reaches a Milestone
Jakarta, 28 May 2025 – The annual European Union (EU) film festival, Europe on Screen (EoS), returns for its 25th edition from 13–22 June 2025, with screenings in seven cities: Jakarta, Bandung, Denpasar, Medan, Surabaya, Sidoarjo, and Yogyakarta. This silver anniversary marks a major cultural milestone for the festival, reaffirming its position as Indonesia’s longest-running foreign film event.
This year’s festival features 55 curated films from 27 European countries, alongside a special Indonesian retrospective programme, further highlighting the festival’s commitment to intercultural dialogue through films.
“The 25th edition of Europe on Screen is a cultural milestone – not only for the EU and its Member States but also for our deepening ties with Indonesia,” said H.E. Denis Chaibi, EU Ambassador to Indonesia. “We are proud to showcase a selection of films that celebrate diverse European narratives while strengthening the bridge between European and Indonesian film sector.”
Opening and Closing Films: Stories That Resonate
Opening the festival is Circusboy – Zirkuskind (Germany, 2025, 85 min), a heartwarming children’s docu-drama directed by Julia Lemke and Anna Koch. The film tells the story of Santino, a boy from a travelling circus family and his nomadic adventures. Circusboy received the Special Mention Prize for Best Film in the Generation Kplus category at the Berlin International Film Festival 2025, also in Official Selection for the World Showcase programme at Hot Docs 2025.
Closing the festival is the emotionally powerful drama The Boy with Pink Pants – Il Ragazzo dai Pantaloni Rosa (Italy, 2024, 114 min), directed by Margherita Ferri. Based on a true story, the film follows 15-year-old Andrea Spezzacatena who has been a victim of bullying in his school. This feature film was a box-office hit in Italy, and was part of the Official Selection at the Tallinn Black Nights Film Festival 2024. The film also received a nomination for Best Adapted Screenplay at the David di Donatello Awards, Italy’s highest film honour, in 2025.
A Platform for Inclusive Cinema
EoS 2025 presents a bold and inclusive selection, with over 50% of films directed by women –many of them first-time filmmakers– underscoring the festival’s support for underrepresented voices.
“This year, EoS offers a vibrant platform for female filmmakers,” said Meninaputri Wismurti, EoS 2025 Festival Co-Director. “Approximately 30 of the 55 films are directed by women, reflecting the dynamic diversity of European cinema and an important representation of the world cinema industry nowadays.”
A standout addition to this year’s lineup is ‘From Locarno to Venice’, a retrospective programme featuring five Indonesian short films that have gained international recognition by premiering – and in some cases, winning awards – at two prestigious European film festivals:
- Maryam by Sidi Saleh (Venice Film Festival 2014. Winner: Best Short Film, Orizzonti Award);
- Kado by Aditya Ahmad (Venice Film Festival 2018. Winner: Best Short Film, Orizzonti Award);
- On the Origin of Fear by Bayu Prihantoro Filemon (Venice Film Festival 2016);
- Dear to Me by Monika Vanesa Tedja (Locarno Film Festival 2021); and
- Dancing Colors by Mohammad Reza Fahriyansyah (Locarno Film Festival 2022).
“As Dear to Me screened in Open Doors programme at Locarno Film Festival, not only the film met international audiences, it also has given me the opportunity to networking and sharing experiences with filmmakers around the world,” said Monika Vanesa Tedja, who also received Citra Award for Best Short Documentary for My Therapist Said I Am Full of Sadness in Festival Film Indonesia (Indonesian Academy Awards) in 2024.
Supporting Emerging Talent: The EoS Short Film Pitching Project
Returning for 2025, the Short Film Pitching Project (SFPP)–a competition that provides funding support for short films–continues to support emerging filmmakers.
“This year we had a record-breaking submission, an 86% increase from last year’s 197 submissions to this year’s 373 submissions. Around 20% of the submission this year came from countries outside Indonesia, proving the growing recognition of this programme for emerging filmmakers worldwide,” said Nauval Yazid, Festival Co-Director of EoS 2025. “This proves that the spirit to make short films with limitless imagination and unique storytelling remains alive, especially among Indonesian filmmakers.”
The ten finalists of the EoS 2025 SFPP are:
- Nina OTW Ngatta by Rahmi Salsabila and Nurul Ghaliyah Gunawan (Makassar);
- Sang Penjaga (Echoes of The Universe) by Sesarini and Lyza Anggraheni (Yogyakarta);
- Pool Party by Aisyah Aulia and Adrian Fauzi (Sumedang);
- Ready, Set, Go by Aaron Pratama and Kathleen Tio (Jakarta);
- Salam, Maryam by Beny Kristia and Fathur Syahnuron (Malang);
- Kabar Berlaut by Diva Bulan Satria and Gabril Hamala Wahyan (Pekanbaru);
- In The Name of Me by Teresa Katarina and Jonathan Gradiyan (Jakarta);
- Waktu Indonesia Bagian Pasifik by Dicky Karunia Abdi and M. Ilham Mustain Murda (Jayapura);
- Pejantan Tangguh by M. Ghalib Firdaus and Aditya R. Sulistyo (Surakarta); and
- Kala Pada Suatu Kala by Ayara Bhanukusuma and Ahmad Kamil (Jakarta).
What’s New in EoS 2025
To celebrate its 25th anniversary, EoS introduces several new elements:
- A new screening venue at the Grand Sahid Jaya Hotel in Jakarta, a timeless landmark that offers a welcoming setting for cinephiles.
- A new venue at Universitas Airlangga in Surabaya, in collaboration with the newly established EU Centre.
- For the first time since the pandemic, the Opening Night returns to a cinema, promising a grand cinematic celebration on Thursday, 12 June 2025.
Since February 2025, EoS has engaged audiences through its ‘Road to EoS 2025’ programme, with a series of Instagram Live sessions featuring European and Indonesian film professionals discussing filmmaking, film festival management, funding and distribution, and cinema’s role in society. These have been complemented by offline screenings of past EoS favourites at cultural institutions and universities such as UPI Bandung, ISI Yogyakarta, ISI Denpasar and SAE Jakarta.
Free and Open to the Public
All EoS 2025 screenings are free of charge and open to everyone.
For the full programme, schedule, film synopses and venue details, visit www.europeonscreen.org or follow EoS on Instagram, X, Facebook, and YouTube.
*****
For media enquiries, please contact:
Yunita Lianingtyas (Lia)
EoS 2025 Media Coordinator
Phone number: +62 818 7950 11
Europe on Screen 2025: Rayakan 25 Tahun Nonton Bareng Film Eropa
Festival Film Asing Terlama di Indonesia Capai Usia Perak
Jakarta, 28 Mei 2025 – Festival film tahunan Uni Eropa, Europe on Screen (EoS), kembali digelar untuk edisi ke-25 pada 13–22 Juni 2025, dengan pemutaran film di tujuh kota: Jakarta, Bandung, Denpasar, Medan, Surabaya, Sidoarjo, dan Yogyakarta. Tahun ini menjadi momen istimewa karena Europe on Screen mencapai usia perak, mengukuhkannya sebagai festival film asing terlama di Indonesia.
Festival tahun ini menghadirkan 55 film pilihan dari 27 negara Eropa. Selain itu terdapat program retrospektif film Indonesia, yang semakin menegaskan komitmen festival ini terhadap dialog antarbudaya melalui film.
“Europe on Screen edisi ke-25 adalah tonggak penting – tidak hanya untuk Uni Eropa dan Negara-negara Anggotanya, tetapi juga bagi hubungan Uni Eropa dengan Indonesia,” kata Bapak Denis Chaibi, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia. “Kami bangga dapat menghadirkan film-film pilihan yang merayakan narasi Eropa yang beragam sekaligus menjembatani hubungan sektor film Eropa dan Indonesia sehingga semakin kuat.”
Film Pembuka dan Penutup: Kisah-kisah yang Menggugah
Sebagai film pembuka, EoS menghadirkan Circusboy – Zirkuskind (Jerman, 2025, 85 menit), film doku-drama anak-anak yang kocak dan menyentuh, karya Julia Lemke dan Anna Koch. Film ini mengisahkan kehidupan Santino, seorang anak lelaki yang hidup bersama keluarganya dalam sebuah sirkus keliling dan petualangannya yang nomaden. Circusboy telah menerima Special Mention Prize for Best Film di kategori Generation Kplus di Berlin International Film Festival 2025, dan terpilih di Official Selection kategori World Showcase di Hot Docs 2025.
Sebagai film penutup, EoS memilih film drama yang sangat memilukan berjudul The Boy with Pink Pants – Il Ragazzo dai Pantaloni Rosa (Italia, 2024, 114 menit), karya Margherita Ferri. Berdasarkan kisah nyata, film ini mengikuti kisah Andrea Spezzacatena, remaja 15 tahun yang menjadi korban perundungan di sekolahnya. Film fitur ini merupakan salah satu film terlaris di Italia pada tahun 2024, dan terpilih sebagai Official Selection di Tallinn Black Nights Film Festival 2024, serta mendapat nominasi Best Adapted Screenplay di David di Donatello Awards, penghargaan tertinggi perfilman Italia, pada tahun 2025.
Representasi Sinema yang Inklusif
EoS 2025 menyajikan film-film pilihan yang berani dan inklusif, dengan lebih dari 50% film yang ditayangkan disutradarai oleh perempuan – dan sebagian besar merupakan film debut atau film pertama dari sutradaranya. Hal ini menggarisbawahi dukungan festival untuk suara-suara yang kurang terwakili.
“Tahun ini, EoS memberi platform yang dinamis bagi sineas perempuan,” kata Meninaputri Wismurti, Ko-Direktur Festival EoS 2025. “Sekitar 30 dari 55 film Eropa yang terseleksi di EoS 2025 disutradarai oleh perempuan. Hal ini mencerminkan keragaman dan dinamika sinema Eropa saat ini, sekaligus menjadi sebuah representasi penting dalam dunia perfilman global.”
Tambahan istimewa di festival ini adalah ‘From Locarno to Venice’, sebuah program retrospektif yang menampilkan lima film pendek karya sineas Indonesia yang telah mendapat pengakuan internasional dengan pemutaran perdana – bahkan ada yang meraih penghargaan – di dua festival film bergengsi di Eropa:
- Maryam karya Sidi Saleh (Venice Film Festival 2014. Penghargaan: Best Short Film, Orizzonti Award);
- Kado karya Aditya Ahmad (Venice Film Festival 2018. Penghargaan: Best Short Film, Orizzonti Award);
- On the Origin of Fear karya Bayu Prihantoro Filemon (Venice Film Festival 2016);
- Dear to Me karya Monika Vanesa Tedja (Locarno Film Festival 2021); dan
- Dancing Colors karya Mohammad Reza Fahriyansyah (Locarno Film Festival 2022).
“Ketika Dear to Me ditayangkan di program Open Doors di Locarno Film Festival, tak hanya film ini bertemu dengan publik internasional, tapi juga memberikan saya kesempatan berjejaring dan berbagi pengalaman dengan filmmaker dari seluruh dunia,” kata Monika Vanesa Tedja, yang juga merupakan peraih piala Citra untuk film My Therapist Said I Am Full of Sadness sebagai film pendek dokumenter terbaik di Festival Film Indonesia 2024.
Mendukung Talenta Baru: Proyek Pitching Film Pendek EoS
EoS 2025 kembali menggelar program Short Film Pitching Project (SFPP) – sebuah kompetisi pendanaan film pendek – untuk terus mendukung para sineas pemula.
“Tahun ini, jumlah pendaftar memecahkan rekor, meningkat 86% yaitu 373 pendaftar dibanding 197 pendaftar di tahun 2024. Tak hanya itu, sekitar 20% dari pendaftar tahun ini datang dari luar Indonesia, yang menunjukkan bahwa kehadiran program SFPP mulai diperhitungkan bagi pembuat film pemula secara global,” ungkap Nauval Yazid, Ko-Direktur Festival EoS 2025. “Hal ini menunjukkan bahwa semangat berkarya untuk terus membuat film pendek dengan imajinasi yang tak terbatas dan cerita yang unik, terutama bagi pembuat film di Indonesia, semakin berkembang dan kompetitif.”
Kesepuluh finalis SFPP EoS 2025 adalah:
- Nina OTW Ngatta karya Rahmi Salsabila dan Nurul Ghaliyah Gunawan (Makassar);
- Sang Penjaga (Echoes of The Universe) karya Sesarini dan Lyza Anggraheni (Yogyakarta);
- Pool Party karya Aisyah Aulia dan Adrian Fauzi (Sumedang);
- Ready, Set, Go karya Aaron Pratama dan Kathleen Tio (Jakarta);
- Salam, Maryam karya Beny Kristia dan Fathur Syahnuron (Malang);
- Kabar Berlaut karya Diva Bulan Satria dan Gabril Hamala Wahyan (Pekanbaru);
- In The Name of Me karya Teresa Katarina dan Jonathan Gradiyan (Jakarta);
- Waktu Indonesia Bagian Pasifik karya Dicky Karunia Abdi dan M. Ilham Mustain Murda (Jayapura);
- Pejantan Tangguh karya M. Ghalib Firdaus dan Aditya R. Sulistyo (Surakarta); dan
- Kala Pada Suatu Kala karya Ayara Bhanukusuma dan Ahmad Kamil (Jakarta).
Keistimewaan Lain dari EoS 2025
Untuk merayakan edisi ke-25, EoS menghadirkan beberapa elemen baru, yaitu:
- Lokasi baru untuk pemutaran film di Jakarta yaitu Grand Sahid Jaya Hotel, tempat ikonik yang menawarkan suasana yang ramah untuk menonton film.
- Lokasi baru untuk pemutaran film di Surabaya, yaitu Universitas Airlangga, bekerja sama dengan EU Centre yang baru didirikan.
- Untuk pertama kalinya sejak pandemi, Malam Pembukaan kembali diadakan di bioskop, menjanjikan perayaan sinematik yang megah pada hari Kamis, 12 Juni 2025.
Sejak Februari 2025, EoS telah melaksanakan berbagai kegiatan pra-festival melalui program ‘Road to EoS 2025’, dengan serangkaian sesi Instagram Live yang menampilkan para pelaku industri perfilman Eropa dan Indonesia untuk berbagi pengalaman di industri film seperti produksi film, manajemen festival, oendanaan dan distribusi, serta peran sinema dalam masyarakat. Program ini dilanjutkan dengan penayangan film-film dari edisi EoS terdahulu dan dilaksanakan di beberapa pusat-pusat kebudayaan dan universitas seperti UPI Bandung, ISI Yogyakarta, ISI Denpasar dan SAE Jakarta.
Gratis dan Terbuka untuk Umum
Seluruh pemutaran film EoS 2025 bersifat gratis dan terbuka untuk umum.
Informasi lengkap tentang jadwal, lokasi, sinopsis film dan kegiatan lain dapat diakses melalui situs resmi www.europeonscreen.org serta akun media sosial resmi EoS di Instagram, X, Facebook dan YouTube.
*****
Untuk informasi lebih lanjut dan keperluan media, hubungi:
Yunita Lianingtyas (Lia)
Koordinator Media EoS 2025
Telepon: +62 818 7950 11